Latest Posts

Tips info sehat bagi tubuh anda

    img
  • "Kulit manggis bisa melawan asam ureat bagi penderita rematik atau radang sendi (gout). Caranya, kuli manggis diiris kecil lalu dijemur kering, kemudian celupkan 2-3 iris kulit manggis kering ke dalam 1 gelas air panas. Minum setelah hangat rasanya agak sepat."

  • img
  • "Daun salam efektif menurunkan tekanan darah dan kolesterol dan asam urat hingga gatal-gatal, kudis dan eksim. Caranya ambil 10 lembar daun salam direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc lalu rebusan diminum teratur."

  • img
  • "Sirih merah dapat digunakan untuk obat kumur dan keputihan karena bermaanfaat sebagai desinfektan dan anti jamur. Kandungan senyawa eugenol-nya bisa meredakan nyeri atau analgetik, sedangkan kandungan tanin menyembuhkan diare."

  • img
  • "Konsumsi labu siam dapat meningkatkan asam folat untuk pembentukan sel darah merah dan menurunkan tekanan darah tinggi karena kandungan kaliumnya. Namun untuk penderita rematik sebaiknya dihindari karena sifat dingin labu siam bisa memicu timbulnya sakit."

  • img
  • "Daun beluntas bisa dimanfaatkan untuk meredakan sakit tuberkulosis (TBC) kelenjar leher karena kandungan alkaloid dan minyak atsiri di dalamnya."

  • img
  • "Rumput teki meringankan gejala yang timbul karena sindrom haid seperti nyeri, pusing dan mual karena mengandung antihelmintik, anti bakteri, astringensia. Caranya rebus umbi rumput teki dan rimpang jahe lalu air rebusannya diminum."

  • img
  • "Minumlah larutan campuran air kelapa muda hijau dengan air perasan jeruk nipis secara teratur sehari tiga kali untuk membantu penyembuhan demam berdarah. Air kelapa adalah sumber alami dari elektrolit seperti potasium dan sodium."

  • img
  • "Minum segelas sehari campuran jahe, madu, dan jeruk lemon yang direbus dengan perbandingan secukupnya untuk membantu mengatasi nyeri haid. Jahe membantu mengencerkan kekentalan darah, lemon meringankan udema dan madu membantu menambah kekebalan tubuh."

  • img
  • "Bersihkan kotoran telinga cukup sebatas daun telinga saja, tidak perlu sampai ke liang telinga. Karena pada liang telinga terdapat kelenjar minyak atau serumen yang berfungsi mencegah masuknya kotoran, serangga, serta bakteri."

  • img
  • "Mentimun bisa digunakan untuk membersihkan ginjal. Caranya mentimun segar dicuci lalu diparut. Hasil parutannya diperas dan disaring. Airnya diminum sedikit demi sedikit sampai lambung terbiasa menerima cairan mentimun."

read more...

KETENTUAN DATANGNYA MASA KEHANCURAN ALAM

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang yang mati (hati nuraninya) mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli (hati nuraninya ada tutupan) mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling ke belakang”.

Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (dengan hidayah) orang-orang yang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami lalu mereka berserah diri” (QS. An Naml: 80-81).

Ketentuan masa kehancurannya alam sebagaimana diberitakan wahyu dari Allah dalam QS. An Naml ayat 82.

Adalah wujud nyata diberlakukannya sunnatul awwalin.

Yakni diturunkannya siksa sebagaimana yang diberlakukan pada orang-orang terdahulu. Dilenyapkan dari permukaan bumi karena mendustakan mengadanya Rasul dan ajarannya, dengan kesombongannya dan dengan rencananya yang jahat. (QS. Faathir ayat 43).

Dan apabila perkataan (ketentuan datangnya masa kehancuran alam untuk melenyapkan semua yang batal) telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan buat mereka (yang berimannya benar-benar ma’rifatun wa tashdiqun tetap yakin atas ayat-ayat Allah yang menjelaskan mengadanya Hak MutlakNya) dabbah dari bumi (Nya Allah) yang akan mengatakan kepada mereka (yang selamat karena tetap kokohnya keyakinan mereka terhadap mengadanya kebenaran Hak MutlakNya Allah), bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin ayat-ayat Kami” (QS. An Naml ayat 82).

Mereka yang dilenyapkan dengan datangnya masa kehancuran alam,

Adalah mereka yang sudah sama sekali tidak yakin kepada ayat-ayat Allah.

Ayat-ayat Allah yang jumlahnya 30 juz yang tidak ada keraguan kebenaran isinya, adalah hidayah bagi orang-orang yang bertaqwa.

Sama sekali tidak yakin bahwa bertaqwa kepada Allah itu ada syaratnya.

Sarat pertama: alladzina yu’minuna bi al-Ghaybi, dan seterusnya.

Tidak yakin dengan perintah Allah: Wa aqimishshalata lidzikri.

Tidak yakin mengadanya firman Allah: Wadzkur Rabbaka fi nafsika..dst (QS.7:25).

Tidak yakin firman Allah: Wayuhadzdzirukumullah nafsahu. (QS.3:28 dan 30).

Tidak yakin fi rasulillah uswatun hasanah isim nakirah.

Tidak yakin bahwa mengadanya rasul min anfusikum. Dari jati dirimu sendiri (QS.9:128).

Tidak yakin perintah Allah: Irji’i ilaa Rabbiki radhiyatan mardhiya..…

Tidak yakin kandungan surat al Ikhlas: Qul Huwa Allahu ahad…..

Tidak yakin mengadanya firman Allah dalam QS. Saba: 51, 52, 53, 54.

Tidak yakin bahwa: an lau kaanuu ya’lamuuna al-Ghayba maa labitsuu fi al ‘adzabi al muhin (QS. Saba` 14).

Tidak yakin terhadap firman Allah bahwa: Wa’lamuu anna fikum rasulallah (QS. al Hujurat ayat 7).

Tidak yakin terhadap firman Allah dalam QS. Al An’am 89.

Tidak yakin terhadap firman Allah dalam QS. Al Jin ayat 26, 27, 28.

Tidak yakin kebenaran firman Allah dalam QS. Ali Imran 101.

Tidak yakin kebenaran firman Allah dalam QS. Ar Rum ayat 30, 31, 32.

Tidak yakin bahwa Likulli ja’alnakum syir’atan wa minhajan (QS. 5:48).

Tidak yakin sama sekali terhadap ayat: Wabtaghuu ilaihi al wasilata dan apalagi wakadzalika ja’alnakum ummatan wasathan (QS.2:143).

Sama sekali tidak yakin bahwa ayat-ayat Allah adalah Nur-Nya. Cahaya DiriNya. Termasuk jagad raya dengan segala isinya adalah Nur-Nya.

Nur-Nya adalah Nur Muhammad (disimpan Allah dalam rasa). Manabisa mengenalinya kalau tidak bertanya kepada rasul yang diutus mewakili Diri-Nya?

Dimunculkannya Al-Mahdi yang selalu didabbahkan Allah oleh Junjungan Nabi Muhammad SAW dituturkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Al Hakim, At Tarmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Abu Nu’aim, Ibnu Asakir, Ibnu Adli, Adh Dhahabi, Abu Asy Syeikh.

Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Maka tatkala terlihat akan mereka, kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Aku pun bertanya: “Mengapakah kami melihat wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?

Beliau menjawab: “Kami ahlul bait telah Allah Swt pilih untuk kami akherat lebih dari pada dunia. Dan sungguh ahlul baitku akan menerima bencana penyingkiran dan pengusiran sepeninggalku kelak sampai datangnya suatu kaum dari sebelah timur yang bersama mereka panji-panji berwarna hitam.

Mereka meminta Al-Haq (Nya untuk didakwahkan dan digelar) tetapi tidak diberikan. Maka mereka pun berjuang (yuqaatilunna = dengan memerangi nafsunya supaya selalu berada di jalan Allah) dan memperoleh pertolongan, lalu diberikanlah apa yang mereka minta (mendakwahkan dan nggelar Al-HaqNya Allah), tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka menyerahkannya kepada seseorang dari ahlul baitku yang memenuhi bumi dengan kebenaran dan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa di antara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun harus merangkak di atas salju. Sesungguhnya dia adalah Al-Mahdi”.

Para wakilnya Junjungan Nabi Muhammad SAW yang hak dan sah yang tugas pokoknya sebagaimana yang beliau laksanakan selaku Wasithah (mempertemukan fitrah jati diri manusia dengan FitrahNya Allah Swt di dalam rasa, di satu titik: Nur Muhammad), agar hati nurani roh dan rasanya berfungsi untuk senantiasa mencahaya dengan Diri-Nya Dzat Al-Ghayb Yang mutlak WujudNya, Allah namaNya, supaya dijadikan tujuan tempat kembali, ternyata selalu menerima bencana. Difitnah. Diusir, didustakan dan bahkan dibunuh. Hingga seorang Wasithah, Imam Muhammad Al-Baqir menetapkan tonggak attakiyah. Menyimpan paham demi keselamatan. Oleh Allah didabbahkan. Disembunyikan di bumiNya. Sampai datangnya suatu kaum dari sebelah timur yang bersama mereka panji-panji berwarna hitam.

Panji-panji adalah simbul keabadian. Adalah ilmu yang mempertemukan fitrah jati diri manusia dengan tempat asal diciptakan. Yakni FitrahNya Allah Swt. Adalah kaum yang dipimpin oleh Bapak Kyai Imam Mursyid Muttaqin. Kaum yang berwasithah (ummatan wasathan).

Kaum ini memohon agar diizinkan untuk mendakwahkan dan nggelar Al-HaqNya Allah Swt (dengan cara terbuka), tetapi oleh Allah tidak diberi izin. Belum saatnya atau belum zamannya. Sebab Bapak Kyai Imam Mursyid Muttaqin tugas pokoknya adalah melahirkan kehendak Allah Swt supaya dijadikan cita-cita.

Cita-cita itu adalah gumelarnya Ilmu Syathariyah dengan pendidikannya merata ke seluruh Indonesia hingga ke seluruh dunia sampai jebating jagad. Dan Indonesia yang menjadi pusat gumelarnya cita-cita supaya oleh Allah dijadikan Negara Islam yang sejati, merdeka yang sejati lahir batin sampai jebating jagad.

Cita-cita itu supaya berhasil diserahkan beliau kepada seorang murid beliau yang telah dipersiapkan (sejak usia kanak-kanak) oleh Bapak Kyai Hassan Ulama’, yaitu Bapak Kyai Muhammad Kusnun Malibari, yang oleh Bapak Kyai Imam Mursyid disebut sebagai satu-satunya orang sejagad yang hatinya selalu bening.

“Lega atiku yen kowe gelem ndonga (memperjuangkan cita-citanya). Awit wong sak jagad iki sing atine ajeg bening amung kowe. Yen kowe gelem ndonga, cita-citaku mesti bakal kasil”.

Perjuangan dengan cara yuqaatilunna fi sabilihi dengan tapa brata habis-habisan dilaksanakan oleh Bapak Kyai Muhammad Kusnun Malibari apalagi setelah beliau memperoleh pelimpahan dari gurunya (Bapak Kyai Imam Mursyid Muttaqin) bahwa: “iki detik, iki saat, iki jam, iki wektu lan iki dina, kersanE Gusti Allah kowe mulai kewajiban ngilangi kebodohane seluruh dulur umat Islam bisane pada ma’rifat maring Allah. Wis masa bodoa aku kari sak derma nglahirake”.

Perjuangan beliau (Bapak Kyai Muhammad Kusnun Malibari) memperoleh pertolongan Allah. Artinya dimulainya gumelar. Tetapi wujud secara nyata gumelar itu ketika diberikan kepada beliau, tidak siap menerima karena menyadari usianya yang makin menua.

Kemudian diserahkan kepada yang ditugasi meneruskan tugas dan kewajibannya dalam rangka mewakili tugas dan kewajiban Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai rasulNya, kepada salah seorang murid yang dirasa telah cukup dipersiapkan untuk itu. Kebetulan sekali adalah saya sendiri.

Oleh beliau dibekali berbagai hal berkaitan dengan tugas dan kewajiban yang harus saya kerjakan.

Seperti tanda terakhir saat dekatnya gumelar diwujudkan. Apabila beribu-ribu orang meminta petunjuk ilmu, caranya demikian. Dan apabila telah sampai pada kewajiban nata negara, caranya demikian. Dan bahkan seluruh dunia akan benar-benar tata tentrem apabila penerusan Wasithah pada anak saya yang nomer tiga. Termasuk masa kehancuran alam yang melenyapkan semua yang batal, seandainya diratakan, yang tersisa, artinya yang selamat, satu pal satu orang. Hanya saja nanti gerombol-gerombol.

Berita dari Allah Swt perihal kemunculan Al-Mahdi yang dijumenengkan Ratu Adil di tanah Jawa telah diterima sejak Wasithah dipegang oleh Nyai Ageng Hardjo Besari. Dalam rantai silsilah urutan ke 42. Lenggah di Tegalrejo Magetan. Ngasta Wasithah lebih kurang dari tahun 1854-1876 M.

Yaitu ketika pada suatu malam atas kehendak dan izin Allah beliau didatangi oleh rohnya Ratu Adil yang akan dijumenengkan Allah di tanah Jawa, dengan menaiki kuda yang putih berseri warnanya.

Beliau lalu memanggil bakal penerusnya (Kyai Hassan Ulama’) dan berkata: “San, dek mau bengi rohe Ratu Adil sing bakal jumeneng ana tanah Jawa rawuh mrene. Lenggah ing duwur meja iki. Aku lungguh ana kursi iki, njur ngelus-ngelus rambutku karo dawuh: “Kowe ki lo wadon ngono kok drajat kewalianmu luwih-luwih”.

Anu San, ngersakake mundut tombak Kyai Sapu Jagad. Coba delengen ing jero lemari iku”.

“Inggih mbok mboten wonten”.

“Ya, yen ngono pancen ya dipundut tenan”.

“Saiki ngene San, ing rehne tak pandeng rohe Ratu Adil sing bakal jumeneng ing tanah Jawa iku rohmu dewe, mula tapanana”.

Oleh mBah Kyai Hassan Ulama’ lalu ditapani selama tiga tahun.

Maksud “rohmu dewe” adalah roh yang sama-sama berada pada maqam hakekat. Sehingga Ratu adalah Rohnya menyatu dengan satu-satuNya Dzat Yang Maha Adil.

Karena itulah, hakekatnya, Ratu Adil itu adalah Tuhan sendiri. Demikian halnya dengan Imam Mahdi, adalah Tuhan sendiri. Hanya karena Dia adalah Dzat Yang Al-Ghayb lalu mengutus hamba yang dikehendaki untuk mewakili.

Penjelasan seperti ini sebelum nyata wujud gumelarnya cita-cita, masih hanya untuk kalangan sendiri. Ngati-ngati. Bukan berarti takut berterus terang. Akibatnya seperti ungkapan ngerah iwak urung kepara kena, nanging tiwas buthek banyune………

read more...

Satrio Piningit menurut fengshui indonesia

[allah.jpg]

Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas "bekas" kerajaan Majapahit (Indonesia), yaitu :
1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO. Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno.
2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto.
3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR. Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie.
4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid.
5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia.
6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Keterangan:
Menurut konsep NOTO NOGORO dari Prabu jayabaya, setelah sukarNo dan suharTo lalu oNO GORO-goro (ada huru-hara). Goro-goro atau huru-hara ini terbukti sejak jatuhnya Suharto terjadi goro-goro yg dimulai dari huru-hara antar manusia misalnya kerusuhan Ambon, Poso, Sampit, Irian Barat, bom bali, bom kuningan dll dan kini disusul goro-goro (huru-hara/bencana/ musibah) oleh alam seperti tsunami di Aceh, gempa Jogya, tsunami Pangandaran, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan pesawat, kereta dan kapal laut dll yg seolah terjadi saling bergantian (Menurut wangsit akan berlangsung +/- 3 tahun dari akhir 2004 - 2007). Bencana/musibah kecelakaan akan terjadi susul-menyussul ibarat makanan yg disajikan saling bergantian. Dan diantara bencana ini akan ada 3 bencana yg paling besar yg terjadi di bagian barat, tengah dan timur Indonesia. Bencana ini akan mereda seiring dengan mulai munculnya Satria ke tujuh yaitu:
7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.
Dari kajian karya-karya leluhur kita diatas menyiratkan bahwa segala sesuatunya memang harus dan akan terjadi dan tidak dapat ditolak karena semuanya merupakan suratan takdir dari Tuhan. Semua bencana dan musibah akhir2 ini sebenarnya merupakan realita ramalan "Sabda Palon" kepada Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga.
Berikut ini saya paparkan Ramalan Sabdo Palon :
1. Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2. Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: "Sabda-Palon
sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik."
3. Sabda Palon menjawab kasar: "Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
4. Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha (maksudnya Kawruh Budi) lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa.
5. Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
6. Lahar tersebut mengalir ke barat daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
Keterangan :
Tanggal 13 Mei 2006 lalu bertepatan dengan hari Waisyak (Budha) dan hari Kuningan (Hindu), Gunung Merapi telah mengeluarkan laharnya ke arah Barat Daya (serta merta pada waktu itu ditetapkan status Merapi dari "Siaga" menjadi "Awas"). Dari uraian Ramalan Sabdo Palon di atas, maka dengan keluarnya lahar Merapi ke arah Barat Daya menandakan bahwa Sabdo Palon sudah datang kembali. 500 tahun setelah berakhirnya Majapahit (Th 1500 an) adalah sekarang ini di tahun 2000 an.
7. Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8. Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditangan-Nya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
9. Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
10. Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.
11. Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12. Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
13. Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.
Keterangan:
Dari kenyataan sekarang ini, memang terbukti bahwa hutan-hutan banyak yg dirusak, pohon2 jati milik Perhutani banyak yg dicuri, tanah berkurang kesuburannya dan banyak area persawahan yg berubah fungsi. Manusia berebutan memperkaya dirinya tanpa mempedulikan orang lain dan kerusakan lingkungan. Banjir yg disebabkan sungai yg meluap seperti yg terjadi di Jakarta memang bagaikan lautan yg pasang dan merendam banyak perumahan sampai keatap-atapnya. Sementara banjir bandang didaerah pegunungan yg mengakibatkan tanah longsor dan menghanyutkan pohon2 besar telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia.
14. Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15. Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
Keterangan:
Apa yg digambarkan di no. 14 dan 15 memang belum terjadi. Namun apakah akan terjadi dlm waktu dekat ini? Wallahualam. Kita berharap mudah2an apa yg gambarkan ini tidak semuanya benar. Namun apabila Tuhan menentukan demikian, kita harus bersiap menerimanya, memperbanyak amal ibadah dan menjauhkan apa yg dilarangNya.
16. Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.
Bila goro2 sdh mencapai puncaknya maka Satria piningit ke 7 akan muncul utk meredakan goro2 ini.
read more...

Yayasan islam pondok pesantren Daud Kholifatulah

P1080426

foto ilustrasi






Nama Pesantren:











yayasan islam pondok pesantren daud kholifatulah
Pengasuh:H. Ir. Anang Sulistyo Muhtadi
H. Ir. Anang Sulistyo Muhtadi
Alamat:Ds. SEMEN Kec. NGUNTORONADI KAB. MAGETAN. JAWA TIMUR
Propinsi:Jawa_Timur
Contact:Telp:
Fax:
Email:
Website:
Keterangan:Menerima:Putra
Deskripsi:PENGUMUMAN No.20/YIDK/XII/V/2007 يد١ود١ناجعلنك خليفة في١لارض فاحكم بين١لناس بالحق “Hai Daud…!Sesungguhnya Kami menjadikan kamu kholifah (penguasa) di muka bumi. Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan haq.” (QS.Shod:26) I.PENDAHULUAN Untuk mengembangkan syiar dan tarbiyah ad-dienul islam seluas-luasnya agar yayasan mampu mencetak sebanyak-banyaknya kader umat yang bijaksana, luas dan tinggi kefahamannya tentang dienul islam serta rajin berbakti dan beramal kepada pribadi, keluarga, golongan dan umat, berdasarkan taqwa (takut dan tunduk, taat dan patuh) pada Allah SWT. Sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu (intelektual) beramal dan bertaqwa. II.PROFIL PONPES Ponpes ini didirikan sejak tahun 2000 dengan mengacu pada Al-Quran & alhadits, beraqidah ahlusunnah waljamaah, sampai saat ini beberapa alumni dari tingkat aliyyah telah diterima di Universitas Al Azhar Cairo Mesir, UII & universitas lainnya, yang semuanya dibiayai oleh yayasan. Selain ilmu-ilmu agama, formal dan non formal santri-santri yang belajar ditingkat MTS & MA di didik dalam kesederhanaan tetapi mandiri dengan dibekali ketrampilan seperti pertanian, peternakan, perikanan, pertukangan, pertokoan dan home industri dll, sehingga lulusan ponpes bisa menjadi muslim yang mandiri, berilmu dan bertaqwa III. PROGRAM PENDIDIKAN 1. Madrasah Diniyah 3. Madrasah Aliyah 2. Madrasah Tsanawiyah 4. Perguruan Tinggi IV. SISTEM PENDIDIKAN *. Sistem pendidikan dilaksanakan 24 jam. *. Semua santri diasramakan. *. Sistem pendidikan formal dan non formal *. Memasukkan ilmu pengetahuan umum di pondok disamping pengajaran syari’at ad Dienul Islam. V. TEMPAT PENDIDIKAN Tempat pendidikan dan asrama dalam satu lokasi yaitu Ds.Semen, Kec. Nguntoronadi, Kab. Magetan, Jatim, kode pos 63383 VI. BIAYA PENDIDIKAN Semua biaya pendidikan ditanggung oleh Yayasan Islam Daud Kholifatulloh. VII. FASILITAS PENUNJANG 1. Gedung milik sendiri 2. Asrama 3. Olahraga Santri : (Sepak bola, Bulu tangkis, Tennis meja, Volley dll ) 4. Pelatihan dalam hal berwiraswasta dan berbisnis untuk kemandirian santri. 5. Dalam menghadapi era globalisasi kehidupan zaman sekarang dan masa depan yang cerah. VIII. SYARAT PENDAFTARAN 1. Laki-laki 2. Mengisi formulir pendaftaran 3. Menyerahkan foto copy STTB/Ijazah SD/MI/SMP/MTS 4. Menyerahkan pas photo hitam putih 3X4 = 3 lembar dan 4X6 = 3 lembar 5. Menaati peraturan pondok pesantren 6. Surat izin orang tua dan kelurahan 7. Bersungguh-sungguh IX. TEMPAT PENDAFTARAN 1. Sekretariat Daud Kholifatulloh Ds,Takeran Kec. Takeran, Kab. Magetan. 2. Pondok pesantern Daud Kholifatulloh Jl.Raya Semen, Nguntoronadi, Magetan, JawaTimur X. LAIN-LAIN Keterangan lebih lanjut dapat diperoleh ditempat pendaftaran, dan kami mohon agar pengumuman ini bisa disebar luaskan kepada masyarakat yang lebih luas. YAYASAN ISLAM DAUD KHOLIFATULLOH KEP. MEN. KUM.DAN HAM RI No. C – 2541.HT.01.02.TH. 2007 PUSAT : PONDOK PESANTREN MODERN DAUD KHOLIFATULLOH Ds. SEMEN Kec. NGUNTORONADI KAB. MAGETAN. MA’HAD’ALY DAUD KHOLIFATULLOH Ds. TAKERAN Kec. TAKERAN KAB. MAGETAN. MADRASAH ALIYAH DAUD KHOLIFATULLOH Ds. KEDUNGPANJI Kec. LEMBEYAN KAB. MAGETAN. MADRASAH DINIYAH / TPQ DAUD KHOLIFATULLPH Ds. SEMEN Kec. NGUNTORONADI KAB. MAGETAN. TAMAN KANAK-KANAK ISLAM / RA DAUD KHOLIFATULLOH Ds. PLANGKRONGAN Kec. PONCOL KAB. MAGETAN. CABANG : 1.CABANG MADIUN PONDOK PESANTREN MODERN DAUD KHOLIFATULLOH Ds. Kalisanten Kwc. Dagangan. Madiun Tpq Daud Kholifatulloh Ds. Kalisanten Kec. Dagangan. Madiun. 2.CABANG NGANJUK TPQ DAUD KHOLIFATULLOH Ds. Pecuk Kec. Patiharowo Kab. Nganjuk 3.CABANG BANJARBARU MADRASAH DINIYAH / TPQ DAUD KHOLIFATULLOH Kelurahan Bangkal Kec. Cempaka Kab. Banjarbaru Kal - Sel 4.CABANG SAMARINDA PONDOK PESANTREN MAHASISWA DAUD KHOLIFATULLOH Jl. Cendana No. 59 Samarinda 5.CABANG MAKASAR MADRASAH DINIYAH / TPQ DAUD KHOLIFATULLOH Makasar Sul – Sel 6.CABANG PADANG PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DAUD KHOLIFATULLOH Kel. Gurun Laweh Kec. Nanggalo Padang 7.CABANG BATAM. PONDOK PESANTREN MAHASISWA DAUD KHOLIFATULLOH Batu Aji Batam Kepulauan Riau PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DAUD KHOLIFATULLOH Batu Aji Batam Kepulauan Riau MADRASAH DINIYAH / TPQ ALHIDAYAH DAUD KHOLIFATULLOH Batu Aji Batam Kepulauan Riau MADRASAH IBTIDA’IYAH AN – NI’MAH DAUD KHOLIFATULLOH Kel. Sei. Pelunggut Kec. Sagulung Batam Kepulauan Riau 8.CABANG TARAKAN PONDOK PESANTREN DAUD KHOLIFATULLOH Ds..MAMBURUNGAN Kec. TARAKAN TIMUR Kal – Tim 9.CABANG KARIMUN TKQ/TPQ DAUD KHOLIFATULLOH Kel. Sei. Lakam. Kec. Karimun Kab. Karimun.
read more...

Mengenal arti Kata “Islam dan Shalom”

[simbol+islam.jpg]

Tuding-menuding antara sesama pemeluk agama dalam mentahdid (mendefinisikan) dan mentashaurkan (mendeskripsikan) arti “damai, sejahtera” kerap berdampak pada permusuhan abadi yang lahir dari suatu keta’ashuban (fanatic) yang berlebihan terhadap pandangan tekstual masing-masing. Jika dicermati tujuan dan inti ajaran semua agama maka akan ditemukan suatu titik kesamaan tujuan dan ajaran yaitu mentauhidkan “Ilah” dan mensucikan serta menyelamatkan diri atau perbuatan dari hal-hal yang dapat memusyrikkan-Nya dengan suatu apapun.

Kalangan Islam dan Kristiani berdebat tentang asal muasal kata”Damai, sejahtera” yang mana jika dikembalikan pada sejarah pembentukkan (rumpun) bahasa, maka jelas diantara bahasa Arab dan Ibrani berada pada suatu rumpun Saamiyah yang mempunyai beberapa persamaan kata. Misalnya, kata “Tuhan” dalam Ibrani adalah “El”, dalam bahasa Arab “Ilah”. Kata “Ismael atau Samuel” dalam bahasa Arab “Yasma’allah”. Kata “Bethlehem” sama dengan “Bayt Lahm” dalam bahasa Arab. Dst. Begitu pula dengan kata “Islam dan Shalom”.

Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang asal katanya adalah “Salama atau Salima” yang berarti : “Berserah diri, Menerima, Damai, Selamat dan Sejahtera”. Diantara semua makna yang terkandung padanya memiliki korelasi antara satu dengan yang lainnya, berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dan menerima segala yang diperintahkan maupun yang dilarang maka seorang hamba akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan damai karena ia tidak rakus akan dunia maupun pandangan-pandangan piciknya sehingga ia tergolong orang yang selamat dan akan meraih kesejahteraan di dunia maupun di akherat.

Kata “Shalom” didefinisikan secara bahasa oleh Lexicon Ibrani berarti “Damai, Selamat, Sejahtera”. Antara kedua bahasa ini memiliki kesinoniman makna. Namun keta’ashuban yang berlebihan dalam memahami siapakah yang ada terlebih dahulu dan siapakah yang paling benar, yang mana kesimpulan akhirnya adalah memvonis sebagai suatu kesalahan dan permusuhan.

Ajaran-ajaran diantara kedua agama samawi ini jelas memiliki kesamaan tujuan dan tata cara peribadatan untuk merealisasikan tujuan. Yang salah bukan pada ajaran agama melainkan cara dalam beragama yang merupakan kekeliruan penafsiran terhadapa ajaran agama tersebut. Jika ajaran-ajaran agama dilaksanakan dengan baik maka kedamaian dan kesejahteraan baik di dunia maupun di kehiupan ukhrawi kelak akan membuahkan kesejahteraan dan keselamatan.


read more...

Sekilas singkat Toriqoh Syattariyah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEsJx3RsQCC4NN1eYLoYCMm2iqt4OdqxLAzXX-a-xLTyrpuZMkCMGW57fBSQIjOXShzyIyWp_injb8uMzdSfOxMPihV_yNi2ZFnyMx1RoPCoR8xwqVu1u5rHKkmSXQ1WADBWpQhvU-qnw/s320/p1010212.jpg

Telaga Sarangan , Magetan jawa timur, Indonesia

Tarekat Syattariyah

Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke 15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.

Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah.

Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi, yang dianggap sebagai tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Tarekat Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun. Tarekat ini dianggap sebagai suatu tarekat tersendiri yang memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri dalam keyakinan dan praktik.

Hanya sedikit yang dapat diketahui mengenai Abdullah asy-Syattar. Ia adalah keturunan Syihabuddin Suhrawardi. Kemungkinan besar ia dilahirkan di salah satu tempaat di sekitar Bukhara. Di sini pula ia ditahbiskan secara resmi menjadi anggota Tarekat Isyqiyah oleh gurunya, Muhammad Arif.

Nisbah asy-Syattar yang berasal dari kata syatara, artinya membelah dua, dan nampaknya yang dibelah dalam hal ini adalah kalimah tauhid yang dihayati di dalam dzikir nafi itsbat, la ilaha (nafi) dan illallah (itsbah), juga nampaknya merupakan pengukuhan dari gurunya atas derajat spiritual yang dicapainya yang kemudian membuatnya berhak mendapat pelimpahan hak dan wewenang sebagai Washitah (Mursyid). Istilah Syattar sendiri, menurut Najmuddin Kubra, adalah tingkat pencapaian spiritual tertinggi setelah Akhyar dan Abrar. Ketiga istilah ini, dalam hierarki yang sama, kemudian juga dipakai di dalam Tarekat Syattariyah ini. Syattar dalam tarekat ini adalah para sufi yang telah mampu meniadakan zat, sifat, dan af’al diri (wujud jiwa raga).

Namun karena popularitas Tarekat Isyqiyah ini tidak berkembang di tanah kelahirannya, dan bahkan malah semakin memudar akibat perkembangan Tarekat Naksyabandiyah, Abdullah asy-Syattar dikirim ke India oleh gurunya tersebut. Semula ia tinggal di Jawnpur, kemudian pindah ke Mondu, sebuah kota muslim di daerah Malwa (Multan). Di India inilah, ia memperoleh popularitas dan berhasil mengembangkan tarekatnya tersebut.

Tidak diketahui apakah perubahan nama dari Tarekat Isyqiyah yang dianutnya semula ke Tarekat Syattariyah atas inisiatifnya sendiri yang ingin mendirikan tarekat baru sejak awal kedatangannya di India ataukah atas inisiatif murid-muridnya. Ia tinggal di India sampai akhir hayatnya (1428).

Sepeninggal Abdullah asy-Syattar, Tarekat Syattariyah disebarluaskan oleh murid-muridnya, terutama Muhammad A’la, sang Bengali, yang dikenal sebagai Qazan Syattari. Dan muridnya yang paling berperan dalam mengembangkan dan menjadikan Tarekat Syattariyah sebagai tarekat yang berdiri sendiri adalah Muhammad Ghaus dari Gwalior (w.1562), keturunan keempat dari sang pendiri. Muhammad Ghaus mendirikan Ghaustiyyah, cabang Syattariyah, yang mempergunakan praktik-praktik yoga. Salah seorang penerusnya Syah Wajihuddin (w.1609), wali besar yang sangat dihormati di Gujarat, adalah seorang penulis buku yang produktif dan pendiri madrasah yang berusia lama. Sampai akhir abad ke-16, tarekat ini telah memiliki pengaruh yang luas di India. Dari wilayah ini Tarekat Syatttariyah terus menyebar ke Mekkah, Madinah, dan bahkan sampai ke Indonesia.

Tradisi tarekat yang bernafas India ini dibawa ke Tanah Suci oleh seorang tokoh sufi terkemuka, Sibghatullah bin Ruhullah (1606), salah seorang murid Wajihuddin, dan mendirikan zawiyah di Madinah. Syekh ini tidak saja mengajarkan Tarekat Syattariah, tetapi juga sejumlah tarekat lainnya, sebutlah misalnya Tarekat Naqsyabandiyah. Kemudian Tarekat ini disebarluaskan dan dipopulerkan ke dunia berbahasa Arab lainnya oleh murid utamanya, Ahmad Syimnawi (w.1619). Begitu juga oleh salah seorang khalifahnya, yang kemudian tampil memegang pucuk pimpinan tarekat tersebut, seorang guru asal Palestina, Ahmad al-Qusyasyi (w.1661).

Setelah Ahmad al-Qusyasyi meninggal, Ibrahim al Kurani (w. 1689), asal Turki, tampil menggantikannya sebagai pimpinan tertinggi dan penganjur Tarekat Syattariyah yang cukup terkenal di wilayah Madinah.

Dua orang yang disebut terakhir di atas, Ahmad al-Qusyasyi dan Ibrahim al-Kurani, adalah guru dari Abdul Rauf Singkel yang kemudian berhasil mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia. Namun sebelum Abdul Rauf. Telah ada seorang tokoh sufi yang dinyatakan bertanggung jawab terhadap ajaran Syattariyah yang berkembang di Nusantara lewat bukunya Tuhfat al-Mursalat ila ar Ruh an-Nabi, sebuah karya yang relatif pendek tentang wahdat al-wujud. Ia adalah Muhammad bin Fadlullah al-Bunhanpuri (w. 1620), juga salah seorang murid Wajihuddin. Bukunya, Tuhfat al-Mursalat, yang menguraikan metafisika martabat tujuh ini lebih populer di Nusantara ketimbang karya Ibnu Arabi sendiri. Martin van Bruinessen menduga bahwa kemungkinan karena berbagai gagasan menarik dari kitab ini yang menyatu dengan Tarekat Syattariyah, sehingga kemudian murid-murid asal Indonesia yang berguru kepada al-Qusyasyi dan Al-Kurani lebih menyukai tarekat ini ketimbang tarekat-tarekat lainnya yang diajarkan oleh kedua guru tersebut. Buku ini kemudian dikutip juga oleh Syamsuddin Sumatrani (w. 1630) dalam ulasannya tentang martabat tujuh, meskipun tidak ada petunjuk atau sumber yang menjelaskan mengenai apakah Syamsuddin menganut tarekat ini. Namun yang jelas, tidak lama setelah kematiannya, Tarekat Syattariyah sangat populer di kalangan orang-orang Indonesia yang kembali dari Tanah Arab.

Abdul Rauf sendiri yang kemudian turut mewarnai sejarah mistik Islam di Indonesia pada abad ke-17 ini, menggunakan kesempatan untuk menuntut ilmu, terutama tasawuf ketika melaksanakan haji pada tahun 1643. Ia menetap di Arab Saudi selama 19 tahun dan berguru kepada berbagai tokoh agama dan ahli tarekat ternama. Sesudah Ahmad Qusyasyi meninggal, ia kembali ke Aceh dan mengembangkan tarekatnya. Kemasyhurannya dengan cepat merambah ke luar wilayah Aceh, melalui murid-muridnya yang menyebarkan tarekat yang dibawanya. Antara lain, misalnya, di Sumatera Barat dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhanuddin dari Pesantren Ulakan; di Jawa Barat, daerah Kuningan sampai Tasikmalaya, oleh Abdul Muhyi. Dari Jawa Barat, tarekat ini kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sulewasi Selatan disebarkan oleh salah seorang tokoh Tarekat Syattariyah yang cukup terkenal dan juga murid langsung dari Ibrahim al-Kurani, Yusuf Tajul Khalwati (1629-1699).

Martin menyebutkan bahwa sejumlah cabang tarekat ini kita temukan di Jawa dan Sumatera, yang satu dengan lainnya tidak saling berhubungan. Tarekat ini, lanjut Martin, relatif dapat dengan gampang berpadu dengan berbagai tradisi setempat; ia menjadi tarekat yang paling “mempribumi” di antara berbagai tarekat yang ada. Pada sisi lain, melalui Syattariyah-lah berbagai gagasan metafisis sufi dan berbagai klasifikasi simbolik yang didasarkan atas ajaran martabat tujuh menjadi bagian dari kepercayaan populer orang Jawa.

Ajaran dan Dzikir Tarekat Syattariyah
Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untuk mengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana’. Penganut Tarekat Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, qana’ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah.

Sebagaimana halnya tarekat-tarekat lain, Tarekat Syattariyah menonjolkan aspek dzikir di dalam ajarannya. Tiga kelompok yang disebut di atas, masing-masing memiliki metode berdzikir dan bermeditasi untuk mencapai intuisi ketuhanan, penghayatan, dan kedekatan kepada Allah SWT. Kaum Akhyar melakukannya dengan menjalani shalat dan puasa, membaca al-Qur’an, melaksanakan haji, dan berjihad. Kaum Abrar menyibukkan diri dengan latihan-latihan kehidupan asketisme atau zuhud yang keras, latihan ketahanan menderita, menghindari kejahatan, dan berusaha selalu mensucikan hati. Sedang kaum Syattar memperolehnya dengan bimbingan langsung dari arwah para wali. Menurut para tokohnya, dzikir kaum Syattar inilah jalan yang tercepat untuk sampai kepada Allah SWT.

Di dalam tarekat ini, dikenal tujuh macam dzikir muqaddimah, sebagai pelataran atau tangga untuk masuk ke dalam Tarekat Syattariyah, yang disesuaikan dengan tujuh macam nafsu pada manusia. Ketujuh macam dzikir ini diajarkan agar cita-cita manusia untuk kembali dan sampai ke Allah dapat selamat dengan mengendarai tujuh nafsu itu. Ketujuh macam dzikir itu sebagai berikut:

1. Dzikir thawaf, yaitu dzikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu kiri menuju bahu kanan, dengan mengucapkan laa ilaha sambil menahan nafas. Setelah sampai di bahu kanan, nafas ditarik lalu mengucapkan illallah yang dipukulkan ke dalam hati sanubari yang letaknya kira-kira dua jari di bawah susu kiri, tempat bersarangnya nafsu lawwamah.

2. Dzikir nafi itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan lebih mengeraskan suara nafi-nya, laa ilaha, ketimbang itsbat-nya, illallah, yang diucapkan seperti memasukkan suara ke dalam yang Empu-Nya Asma Allah.

3. Dzikir itsbat faqat, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah, Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari.

4. Dzikir Ismu Dzat, dzikir dengan Allah, Allah, Allah, yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang menandai adanya hidup dan kehidupan manusia.

5. Dzikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah-Hu, Allah-Hu. Dzikir Allah diambil dari dalam dada dan Hu dimasukkan ke dalam bait al-makmur (otak, markas pikiran). Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh Cahaya Ilahi.

6. Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu-Allah, Hu-Allah. Dzikir Hu diambil dari bait al-makmur, dan Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi sebagai insan Cahaya Ilahi.

7. Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa.

Ketujuh macam dzikir di atas didasarkan kepada firman Allah SWT di dalam Surat al-Mukminun ayat 17: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu semua tujuh buah jalan, dan Kami sama sekali tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami (terhadap adanya tujuh buah jalan tersebut)”. Adapun ketujuh macam nafsu yang harus ditunggangi tersebut, sebagai berikut:

1. Nafsu Ammarah, letaknya di dada sebelah kiri. Nafsu ini memiliki sifat-sifat berikut:
Senang berlebihan, hura-hura, serakah, dengki, dendam, bodoh, sombong, pemarah, dan gelap, tidak mengetahui Tuhannya.

2. Nafsu Lawwamah, letaknya dua jari di bawah susu kiri. Sifat-sifat nafsu ini: enggan, acuh, pamer, ‘ujub, ghibah, dusta, pura-pura tidak tahu kewajiban.

3. Nafsu Mulhimah, letaknya dua jari dari tengah dada ke arah susu kanan. Sifat-sifatnya: dermawan, sederhana, qana’ah, belas kasih, lemah lembut, tawadlu, tobat, sabar, dan tahan menghadapi segala kesulitan.

4. Nafsu Muthmainnah, letaknya dua jari dari tengah-tengah dada ke arah susu kiri. Sifat-sifatnya: senang bersedekah, tawakkal, senang ibadah, syukur, ridla, dan takut kepada Allah SWT.

5. Nafsu Radhiyah, letaknya di seluruh jasad. Sifat-sifatnya: zuhud, wara’, riyadlah, dan menepati janji.
6. Nafsu Mardliyah, letaknya dua jari ke tengah dada. Sifat-sifatnya: berakhlak mulia, bersih dari segala dosa, rela menghilangkan kegelapan makhluk.

7. Nafsu Kamilah, letaknya di kedalaman dada yang paling dalam. Sifat-sifatnya: Ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin.

Khusus dzikir dengan nama-nama Allah (al-asma’ al-husna), tarekat ini membagi dzikir jenis ini ke dalam tiga kelompok. Yakni, a) menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, seperti al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakabbir, dan lain-lain; b) menyebut nama Allah SWT yang berhubungan dengan keindahan-Nya seperti, al-Malik, al-Quddus, al-’Alim, dan lain-lain; dan c) menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut, seperti al-Mu’min, al-Muhaimin, dan lain-lain. Ketiga jenis dzikir tersebut harus dilakukan secara berurutan, sesuai urutan yang disebutkan di atas. Dzikir ini dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang, sampai hati menjadi bersih dan semakin teguh dalam berdzikir. Jika hati telah mencapai tahap seperti itu, ia akan dapat merasakan realitas segala sesuatu, baik yang bersifat jasmani maupun ruhani.

Satu hal yang harus diingat, sebagaimana juga di dalam tarekat-tarekat lainnya, adalah bahwa dzikir hanya dapat dikuasai melalui bimbingan seorang pembimbing spiritual, guru atau syekh. Pembimbing spiritual ini adalah seseorang yang telah mencapai pandangan yang membangkitkan semua realitas, tidak bersikap sombong, dan tidak membukakan rahasia-rahasia pandangan batinnya kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya. Di dalam tarekat ini, guru atau yang biasa diistilahkan dengan wasithah dianggap berhak dan sah apabila terangkum dalam mata rantai silsilah tarekat ini yang tidak putus dari Nabi Muhammad SAW lewat Ali bin Abi Thalib ra, hingga kini dan seterusnya sampai kiamat nanti; kuat memimpin mujahadah Puji Wali Kutub; dan memiliki empat martabat yakni mursyidun (memberi petunjuk), murbiyyun (mendidik), nashihun (memberi nasehat), dan kamilun (sempurna dan menyempurnakan). Secara terperinci, persyaratan-persyaratan penting untuk dapat menjalani dzikir di dalam Tarekat Syattariyah adalah sebagai berikut: makanan yang dimakan haruslah berasal dari jalan yang halal; selalu berkata benar; rendah hati; sedikit makan dan sedikit bicara; setia terhadap guru atau syekhnya; kosentrasi hanya kepada Allah SWT; selalu berpuasa; memisahkan diri dari kehidupan ramai; berdiam diri di suatu ruangan yang gelap tetapi bersih; menundukkan ego dengan penuh kerelaan kepada disiplin dan penyiksaan diri; makan dan minum dari pemberian pelayan; menjaga mata, telinga, dan hidung dari melihat, mendengar, dan mencium segala sesuatu yang haram; membersihkan hati dari rasa dendam, cemburu, dan bangga diri; mematuhi aturan-aturan yang terlarang bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji, seperti berhias dan memakai pakaian berjahit.

Sanad atau Silsilah Tarekat Syattariyah
Sebagaimana tarekat pada umumnya, tarekat ini memiliki sanad atau silsilah para wasithahnya yang bersambungan sampai kepada Rasulullah SAW. Para pengikut tarekat ini meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW, atas petunjuk Allah SWT, menunjuk Ali bin Abi Thalib untuk mewakilinya dalam melanjutkan fungsinya sebagai Ahl adz-dzikr, tugas dan fungsi kerasulannya. Kemudian Ali menyerahkan risalahnya sebagai Ahl adz-dzikir kepada putranya, Hasan bin Ali, dan demikian seterusnya sampai sekarang. Pelimpahan hak dan wewenang ini tidak selalu didasarkan atas garis keturunan, tetapi lebih didasarkan pada keyakinan atas dasar kehendak Allah SWT yang isyaratnya biasanya diterima oleh sang wasithah jauh sebelum melakukan pelimpahan, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW sebelum melimpahkan kepada Ali bin Abi Thalib.

Berikut contoh sanad Tarekat Syattariyah yang dibawa oleh para mursyid atau wasithahnya di Indonesia:

Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kepada Sayyidina Hasan bin Ali asy-Syahid, kepada Imam Zainal Abidin, kepada Imam Muhammad Baqir, kepada Imam Ja’far Syidiq, kepada Abu Yazid al-Busthami, kepada Syekh Muhammad Maghrib, kepada Syekh Arabi al-Asyiqi, kepada Qutb Maulana Rumi ath-Thusi, kepada Qutb Abu Hasan al-Hirqani, kepada Syekh Hud Qaliyyu Marawan Nahar, kepada Syekh Muhammad Asyiq, kepada Syekh Muhammad Arif, kepada Syekh Abdullah asy-Syattar, kepada Syekh Hidayatullah Saramat, kepada Syekh al-Haj al-Hudhuri, kepada Syekh Muhammad Ghauts, kepada Syekh Wajihudin, kepada Syekh Sibghatullah bin Ruhullah, kepada Syekh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali, kepada Syekh Muhammad Ibnu Muhammad, Syekh Abdul Rauf Singkel, kepada Syekh Abdul Muhyi (Safarwadi, Tasikmalaya), kepada Kiai Mas Bagus (Kiai Abdullah) di Safarwadi, kepada Kiai Mas Bagus Nida’ (Kiai Mas Bagus Muhyiddin) di Safarwadi, kepada Kiai Muhammad Sulaiman (Bagelan, Jateng), kepada Kiai Mas Bagus Nur Iman (Bagelan), kepada Kiai Mas Bagus Hasan Kun Nawi (Bagelan) kepada Kiai Mas Bagus Ahmadi (Kalangbret, Tulungagung), kepada Raden Margono (Kincang, Maospati), kepada Kiai Ageng Aliman (Pacitan), kepada Kiai Ageng Ahmadiya (Pacitan), kepada Kiai Haji Abdurrahman (Tegalreja, Magetan), kepada Raden Ngabehi Wigyowinoto Palang Kayo Caruban, kepada Nyai Ageng Hardjo Besari, kepada Kiai Hasan Ulama (Takeran, Magetan), kepada Kiai Imam Mursyid Muttaqin (Takeran), kepada Kiai Muhammad Kusnun Malibari (Tanjunganom, Nganjuk) dan kepada KH Muhammad Munawar Affandi (Nganjuk).

read more...

Adat istiadat kaum Jawa : Gamelan atau musik jawa

Untuk menata segala kehidupan menjadi selaras dalam kehidupan duniawi dan rohani/batin adalah pandangan hidup dan kesehari-harian masyarakat jawa pada umumnya, misalnya cara berbusana yang serasi (tidak kontras, tidak seronok, tidak selalu mencari perhatian), keselarasan dalam berbicara meskipun sedang dalam emosi batin yang meledak-ledak tetap berusaha santun dalam mengungkapkan isi hatinya. Ngono ya ngono nanging aja ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu) adalah peribahasa jawa dalam mengungkapkan keselarasan dapat menahan emosi.

Keselarasan berarti dirinya dapat mengatur keseimbangan emosi dan menata perilaku yang laras, harmonis dan tidak menimbulkan kegoncangan. Saling menjaga diri, saling menjaga cipta, rasa, karsa dan perilaku, adalah pandangan hidup dan realitas hidupnya walau terjadi ritme-ritme karena dinamika kehidupan masyarakat. Dari sini maka irama Gendhing atau musik dari Gamelan termasuk tembang jawa itu disusun dan dibuat.

Anda bisa memperhatikan urut-urutan dari alat gamelan ketika dibunyikan dalam sebuah irama Gending. Perhatikan saja tarikan dari tali rebab, disusul bunyi suara dari bilah-bilah logam kuningan yang disebut slentem, lalu bunyi saron, kendhang, kenong, gambang, dan lain-lainnya, yang selalu diakhiri suara gong di penghujung bait irama gendhing. Disini, muncul keselarasan jiwa dan rasa. Namun, jika ditanyakan sejak kapan dan siapa yang awalnya membuat, sulit untuk dilacak. Yang jelas sudah sangat tua, dimana Anda dapat melihat pada relief Candi Borobudur (abad VIII).

Boleh jadi perkembangannya dimulai dari kenthongan, tepukan tangan, pukulan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis, dsb. Lalu alat musik jawa itu berkembang dalam bentuk bilahan kayu, bambu atau lempengan besi, lembaran kulit dan bambu yang dilubangi. Setelah menjadi seperangkat alat musik kemudian dinamai Gamelan, mula-mula untuk mengiringi tarian, dan semakin semarak karena di dukung lagu (tembang) oleh penyanyi (swarawati/wiraswara). Kemudian berfungsi pula untuk menyemarakkan upacara-upacara Namun yang paling intensif ialah untuk mengiringi pagelaran wayang atau tari dan seni panggung (kethoprak atau sendratari).

Gamelan akan bersuara merdu, mantap dan tidak sember/fals, tergantung dari bahannya. Yang paling baik jika dibuat dari bahan perunggu berlapis kuningan, tapi biayanya sangat mahal. Atau bisa juga dari besi kualitas unggul, walau suaranya tentu kurang merdu, kurang mantap dan kemlonthong. Gamelan/Gongso/”Pradonggo”(Kawi) berasal dari kata: temba ga + raja sa adalah bahan logam yang dicampur menjadi instrumen Gamelan: “gasa” diperluwes menjadi Gongso. Secara keseluruhan instrumental komplit Gamelan selain dari bahan logam, ada yang berbahan kayu, misalnya: gambang, demung, barung, peking, slentem, ditambah alat tiup suling dan alat gebuk kendang dan bedug , alat gesek rebab dan alat petik siter.
Di Solo misalnya, upacara Kirab Gunungan Sekaten pada bulan Maulid untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW, dari Karaton Kasunanan Surakarta ke Mesjid Agung di Alun-alun Utara juga diiringi irama Gendhing Carabalen dari perangkat Gamelan yang terdiri dari saron, centhe, keprak, kenong. Selama sepekan, maka Gamelan yang terdiri dari Kyai Guntursaroi dan Gunturmadu dikumandangkan oleh para niyaga (penabuh/pemusik) Karaton dari Bangsal Pradangga di halaman Masjid Agung.
Di Karaton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunagaran maupun Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman terdapat perangkat Gamelan peninggalan para leluhurnya. Sebagai contoh adalah perangkat Gamelan yang ada di Kasunanan Surakarta yang merupakan warisan pusaka dari masa Kerajaan Majapahit dengan keunggulan kualitas suara yang merdu, mantap dan lembut (perangkat Udan Riris, Kanyut Manis untuk pengiring upacara).

Ketika Sultan Agung Hanyakrakusuma memimpin Mataram juga membuat perangkat Gamelan dan Gendhing. Gendhing Ketawang Ageng yang digunakan untuk mengiringi upacara peringatan Jumenengan sang raja trah Mataram merupakan karya besar dari pakar seni karawitan di Karaton yang ilhamnya dari penghayatan terhadap alam lingkungan.

Di Kasultanan Yogyakarta dibuat duplikat perangkat Gamelan Sekaten yang menjadi pelengkap dari sisa Gamelan Sekaten warisan Majapahit, yang kemudian disebut Kyai Nagailaga. Duplikat gamelan Sekaten juga telah dibuat oleh Akademi Seni Karawitan Indonesia Surakarta ketika masih bertempat di Sasanamulya, yang pengecoran logam sampai dengan jadinya digarap oleh pengrajin Gamelan di desa Wirun – Bekonang Sukaharjo.

read more...